Kampung Batik Malon, destinasi wisata yang terkenal dengan kekayaan seni batiknya, kini tengah bertransformasi melalui program pendampingan komprehensif yang dilaksanakan oleh Tim Pengabdian Masyarakat dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Indonesia (STIEPARI) Semarang. Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi Kampung Batik Malon sebagai destinasi wisata unggulan yang berkelanjutan.
Tim Pengabdian Masyarakat STIEPARI Semarang merancang pendekatan yang holistik, mencakup berbagai aspek seperti manajemen pariwisata, pengembangan industri hijau, peningkatan sadar wisata, serta pemasaran digital dan branding. Melalui serangkaian pelatihan, bimbingan, dan diskusi partisipatif, tim ini berupaya memberdayakan masyarakat Kampung Batik Malon untuk mewujudkan visi pariwisata yang inklusif dan ramah lingkungan.
Dalam aspek manajemen pariwisata, tim STIEPARI Semarang berfokus pada peningkatan kapasitas manajerial, penguatan keterlibatan komunitas, dan pengembangan produk destinasi wisata yang berdaya saing. Sementara itu, di sisi industri hijau, mereka mendorong penerapan praktik produksi batik yang ramah lingkungan dengan melatih pengrajin untuk menggunakan pewarna alami dan teknik produksi yang berkelanjutan.
Tim Pengabdian Masyarakat STIEPARI Semarang juga menyasar peningkatan sadar wisata di kalangan masyarakat Kampung Batik Malon. Melalui pelatihan dan diskusi partisipatif, warga diajak untuk memahami peran penting mereka dalam menciptakan lingkungan yang ramah dan nyaman bagi wisatawan. Tak kalah pentingnya, tim ini juga mendampingi warga dalam memanfaatkan teknologi digital untuk promosi dan pengembangan identitas merek yang kuat.
Hasil dari program pendampingan oleh Tim Pengabdian Masyarakat STIEPARI Semarang ini mulai terlihat. Kualitas produk batik meningkat, jumlah kunjungan wisata bertambah, dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pariwisata semakin tinggi. Kampung Batik Malon juga berhasil mengurangi dampak lingkungan melalui praktik produksi yang lebih hijau.
“Kami sangat bersyukur atas pendampingan yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat STIEPARI Semarang. Mereka telah membantu kami melihat potensi luar biasa yang dimiliki Kampung Batik Malon dan memberikan kami bekal untuk mengembangkannya secara berkelanjutan,” ujar Ibu Umi, ketua kelompok pengrajin batik Malon.
Keberhasilan transformasi Kampung Batik Malon melalui program pendampingan Tim Pengabdian Masyarakat STIEPARI Semarang diharapkan dapat menginspirasi pengembangan destinasi wisata berbasis komunitas lainnya. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, pariwisata dapat menjadi motor penggerak pembangunan yang memberdayakan masyarakat lokal dan melestarikan warisan budaya secara berkelanjutan.